Sabtu, 27 Juli 2019

Tiga Prinsip Asvaghosa 02


Tiga Prinsip Asvaghosa 02

Buku Sutra adalah ajaran yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini, menggunakan bahasa lisan, tulisan merupakan simbol dari bahasa lisan.

Asvaghosa mengajarkan pada kita supaya jangan melekat pada bahasa lisan, dengan perkataan lain, kita juga tidak boleh melekat pada tulisan. Panjang pendeknya tulisan bukanlah masalah, asalkan penjelasan yang disampaikan itu harus jelas dan dimengerti, jangan merisaukan tulisan (huruf, kata dan kalimat) nya.

Sutra diterjemahkan dari Bahasa Sanskrit, para kaum intelek, termasuk kami saat usia muda, juga memiliki keraguan, apakah hasil terjemahannya tepat atau tidak?

Kami jadi teringat waktu masih duduk di bangku sekolah, guru meminta kami menerjemahkan sepenggal teks kuno, waktu itu satu kelas ada sekitar 30-40 orang. 

Setelah semua murid selesai menerjemahkan teks kuno tersebut ke dalam bahasa masa kini, hasilnya terdapat 30-40 versi yang berbeda, tidak ada satupun yang sama. Bukankah ini namanya hasil terjemahan? Lantas bagaimana? Asalkan maknanya betul maka sudah boleh.

Hasil terjemahan setiap orang adalah tidak serupa, asalkan maknanya benar maka sudah boleh, jangan melekat pada tulisan, penilaian yang diberikan guru juga berdasarkan standar begini. 

Inilah yang dikatakan Buddha Dharma sebagai “Mengandalkan apa yang tersirat dan bukan pada apa yang tersurat”, beginilah aturannya.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 14 Oktober 2010

「即佛教中教、理、行、果四法中之行法」。經典是教科書,文字是教,世尊當年在世是用言語教,文字是言語的符號。馬鳴菩薩教給我們不要執著言語,換句話說,我們也不能執著文字。文字多少沒有關係,只要理說得透、說得明白就好,不要在文字上去操心。經是從梵文翻譯過來的,知識分子,我們早年初學佛的時候都有這個疑問,他翻的正確嗎?我們想想一篇古文,在學校念書的時候,一篇古文,同學有三、四十個人,老師說你們用白話文,把這篇文章寫成白話文,三、四十個同學寫出來的,沒有一個人是相同的。這不就是翻經嗎?那怎麼辦?只要意思對了就行。每個人翻的不一樣,意思對了就行,不必去執著它的文字,意思對了就可以,老師的評分也是用這個做標準。這就是佛法講的「依義不依語」,就這麼個道理。

文摘恭錄 淨土大經解演義  (第一六六集)  2010/10/14