Selasa, 12 November 2019

Insan yang tidak memiliki kebijaksanaan 17


Insan yang tidak memiliki kebijaksanaan 17

Sudah bertahun-tahun lamanya kita belajar Ajaran Buddha, tetapi mengapa aku masih seperti yang dulu? Di mana letak kesalahannya? Sutra tidaklah keliru, Buddha dan Bodhisattva juga tidak keliru, guru sesepuh juga tidak keliru, kesalahannya adalah terletak pada kita masih juga belum melepaskan kemelekatan.

Mengapa kita masih saja tidak sanggup melepaskan kemelekatan? Tabiat kemelekatan itu sudah terlampau berat, kurun waktunya juga terlampau panjang, sekarang tiba-tiba mendengar istilah “Melepaskan kemelekatan”, kurun waktu melatih diri juga masih singkat, masih belum mampu membentuk sebuah kekuatan atau dorongan.

Ketika enam akar indria (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran) melakukan kontak dengan enam kondisi luar (rupa, suara, bau-bauan, rasa, sentuhan, bentuk-bentuk pikiran), aku masih seperti yang dulu, kita selalu ingin menguasai dan mengendalikannya, ini adalah penyakit batin kronis kita, sekarang kambuh lagi.

Padahal kita memahami bahwa mesti melepaskan kemelekatan, tetapi begitu cobaan terpampang di hadapan kita, kita tidak mampu mengendalikan diri, sudah tahu tidak boleh masih sengaja melanggarnya.

Tentu saja ada sejuta alasan dibalik kesengajaan ini, menurutku, alasan yang paling utama adalah kita masih belum memahami sepenuhnya ajaran yang dibabarkan Buddha, selama ini yang kita pelajari cuma secuil saja.

Kita belajar berceramah di luar, namun yang kita sampaikan bukanlah makna sesungguhnya yang disampaikan Tathagata, kita belum mencapai pencerahan, makanya dalam berceramah, hendaknya berpedoman pada penjelasan sutra yang ditulis oleh para Guru Sesepuh dan praktisi senior terdahulu.

Andaikata penjelasan sutra yang ditulis Guru Sesepuh, kita juga tidak sanggup memahaminya, lantas apakah makna yang disampaikan oleh Guru Sesepuh juga sama dengan makna yang disampaikan oleh Buddha dan Bodhisattva? Maka hal ini harus melihat, apakah si pembaca bisa melepaskan kemelekatan atau tidak.

Apabila si pembaca telah sanggup melepaskan kemelekatan, maka dia telah memasuki kondisi batin Arahat, tentu saja sudah melampaui kita yang awam ini.

Dengan kondisi batin Arahat untuk memahami makna sesungguhnya yang dibabarkan Tathagata, masih saja terdapat jarak yang sangat besar. Andaikata si pembaca telah memiliki kondisi batin Bodhisattva, maka untuk memahami makna sesungguhnya yang dibabarkan Tathagata, meskipun sudah mendekati, namun masih saja berjarak.

Maka itu Buddha Sakyamuni membabarkannya di dalam sutra bahwa dalam hal ini “Hanya antara sesama Buddha yang mampu memahaminya dengan sempurna”,  setelah anda mencapai KeBuddhaan barulah dapat memahaminya secara keseluruhan.

Anda dapat meningkatkan kualitas batin setahap demi setahap sudah merupakan hal yang bagus, serupa dengan menaiki anak tangga, setingkat demi setingkat, tiada hentinya mengejar kemajuan batin.

Kaki kita harus melepaskan anak tangga yang lebih rendah, barulah dapat melangkah ke anak tangga yang lebih tinggi. Demikian pula kita mesti melepaskan lantai satu barulah bisa mencapai lantai kedua dan seterusnya. Beginilah kebenarannya.

Jika anda melekat terus pada lantai pertama dan tidak sudi melepaskannya, maka anda akan berhenti di sana dan tidak dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi lagi.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 28 Februari 2011

世智辯聰
(十七)

我們學了這麼多年,連消息都沒有,過失在哪裡?經沒過失,佛菩薩沒過失,祖師大德沒過失,過失在我們沒有放下。為什麼老放不下?執著的習氣太重,時間太長,放下是偶爾聽到,薰習時間短,還不能形成一股動力。六根接觸六塵境界,老毛病,我們常講的控制它、佔有,這都老毛病,它就發作了。知道很清楚,放下是對的,可這境界現前自己做不了主,明知故犯。當然這裡頭因素非常之多,我覺得最重要的第一個因素,我們對於世尊所說的經教認識不夠,僅僅認識這一點皮毛。我們學習在外面宣講,宣講不是如來真實義,我們沒開悟,當然要依靠祖師大德的註解。祖師大德註解我們也看不懂,那是他的意思,是不是佛菩薩的意思?要看註解的這個人他是不是真放下了。如果他確確實實於世出世間法都不執著了,他是阿羅漢的境界,當然比我們高多了。阿羅漢的境界來解如來真實義,還是有很大很大的距離。如果這個人是菩薩的境界,跟如來真實義接近,依然有差距。所以佛在大經上常講,這樁事情「唯佛與佛方能究竟」,你成佛才真完全了解。你能夠一層一層向上提升這是好事,像上樓梯一樣,一層一層往上爬,不斷向上提升。向上提升就是放下,我們上樓,放下一樓才能夠登上二樓,放下二樓才能登上三樓,就這麼個道理。你到一層的時候你捨不得放下,你就停在這裡,你就上不去了。

文摘恭錄 淨土大經解演義  (第三0八集)  2011/2/28  澳洲淨宗學院  檔名:02-039-0308