Insan yang tidak
memiliki kebijaksanaan 17
Sudah
bertahun-tahun lamanya kita belajar Ajaran Buddha, tetapi mengapa aku masih
seperti yang dulu? Di mana letak kesalahannya? Sutra tidaklah keliru, Buddha
dan Bodhisattva juga tidak keliru, guru sesepuh juga tidak keliru, kesalahannya
adalah terletak pada kita masih juga belum melepaskan kemelekatan.
Mengapa
kita masih saja tidak sanggup melepaskan kemelekatan? Tabiat kemelekatan itu
sudah terlampau berat, kurun waktunya juga terlampau panjang, sekarang
tiba-tiba mendengar istilah “Melepaskan kemelekatan”, kurun waktu melatih diri
juga masih singkat, masih belum mampu membentuk sebuah kekuatan atau dorongan.
Ketika
enam akar indria (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran) melakukan
kontak dengan enam kondisi luar (rupa, suara, bau-bauan, rasa, sentuhan,
bentuk-bentuk pikiran), aku masih seperti yang dulu, kita selalu ingin
menguasai dan mengendalikannya, ini adalah penyakit batin kronis kita, sekarang
kambuh lagi.
Padahal
kita memahami bahwa mesti melepaskan kemelekatan, tetapi begitu cobaan terpampang
di hadapan kita, kita tidak mampu mengendalikan diri, sudah tahu tidak boleh
masih sengaja melanggarnya.
Tentu
saja ada sejuta alasan dibalik kesengajaan ini, menurutku, alasan yang paling
utama adalah kita masih belum memahami sepenuhnya ajaran yang dibabarkan
Buddha, selama ini yang kita pelajari cuma secuil saja.
Kita
belajar berceramah di luar, namun yang kita sampaikan bukanlah makna
sesungguhnya yang disampaikan Tathagata, kita belum mencapai pencerahan,
makanya dalam berceramah, hendaknya berpedoman pada penjelasan sutra yang
ditulis oleh para Guru Sesepuh dan praktisi senior terdahulu.
Andaikata
penjelasan sutra yang ditulis Guru Sesepuh, kita juga tidak sanggup
memahaminya, lantas apakah makna yang disampaikan oleh Guru Sesepuh juga sama
dengan makna yang disampaikan oleh Buddha dan Bodhisattva? Maka hal ini harus
melihat, apakah si pembaca bisa melepaskan kemelekatan atau tidak.
Apabila
si pembaca telah sanggup melepaskan kemelekatan, maka dia telah memasuki
kondisi batin Arahat, tentu saja sudah melampaui kita yang awam ini.
Dengan
kondisi batin Arahat untuk memahami makna sesungguhnya yang dibabarkan
Tathagata, masih saja terdapat jarak yang sangat besar. Andaikata si pembaca
telah memiliki kondisi batin Bodhisattva, maka untuk memahami makna
sesungguhnya yang dibabarkan Tathagata, meskipun sudah mendekati, namun masih
saja berjarak.
Maka
itu Buddha Sakyamuni membabarkannya di dalam sutra bahwa dalam hal ini “Hanya
antara sesama Buddha yang mampu memahaminya dengan sempurna”, setelah anda mencapai KeBuddhaan barulah
dapat memahaminya secara keseluruhan.
Anda
dapat meningkatkan kualitas batin setahap demi setahap sudah merupakan hal yang
bagus, serupa dengan menaiki anak tangga, setingkat demi setingkat, tiada
hentinya mengejar kemajuan batin.
Kaki
kita harus melepaskan anak tangga yang lebih rendah, barulah dapat melangkah ke
anak tangga yang lebih tinggi. Demikian pula kita mesti melepaskan lantai satu
barulah bisa mencapai lantai kedua dan seterusnya. Beginilah kebenarannya.
Jika
anda melekat terus pada lantai pertama dan tidak sudi melepaskannya, maka anda
akan berhenti di sana dan tidak dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi
lagi.
Kutipan Ceramah
Master Chin Kung 28 Februari 2011
世智辯聰
(十七)
我們學了這麼多年,連消息都沒有,過失在哪裡?經沒過失,佛菩薩沒過失,祖師大德沒過失,過失在我們沒有放下。為什麼老放不下?執著的習氣太重,時間太長,放下是偶爾聽到,薰習時間短,還不能形成一股動力。六根接觸六塵境界,老毛病,我們常講的控制它、佔有,這都老毛病,它就發作了。知道很清楚,放下是對的,可這境界現前自己做不了主,明知故犯。當然這裡頭因素非常之多,我覺得最重要的第一個因素,我們對於世尊所說的經教認識不夠,僅僅認識這一點皮毛。我們學習在外面宣講,宣講不是如來真實義,我們沒開悟,當然要依靠祖師大德的註解。祖師大德註解我們也看不懂,那是他的意思,是不是佛菩薩的意思?要看註解的這個人他是不是真放下了。如果他確確實實於世出世間法都不執著了,他是阿羅漢的境界,當然比我們高多了。阿羅漢的境界來解如來真實義,還是有很大很大的距離。如果這個人是菩薩的境界,跟如來真實義接近,依然有差距。所以佛在大經上常講,這樁事情「唯佛與佛方能究竟」,你成佛才真完全了解。你能夠一層一層向上提升這是好事,像上樓梯一樣,一層一層往上爬,不斷向上提升。向上提升就是放下,我們上樓,放下一樓才能夠登上二樓,放下二樓才能登上三樓,就這麼個道理。你到一層的時候你捨不得放下,你就停在這裡,你就上不去了。
文摘恭錄 — 淨土大經解演義 (第三0八集) 2011/2/28 澳洲淨宗學院 檔名:02-039-0308