Kamis, 22 Agustus 2019

Tiga Prinsip Asvaghosa 12


Tiga Prinsip Asvaghosa 12

Terhadap keakuratan terjemahan sutra, tempo dulu saya pernah meragukannya. Terlebih-lebih ketika masih duduk di bangku sekolah, saya memandang Ajaran Buddha sebagai kepercayaan takhayul.

Sampai suatu hari saya bersua dengan Profesor Fang Dong-mei, beliau mengajarkan Ilmu Filsafat padaku, dimana bagian terakhirnya berjudul “Filosofi Buddhis”.

Saya jadi keheranan, kok kepercayaan takhayul dimasukkan ke dalam Ilmu Filsafat?

Guru Fang menjelaskan padaku : “Anda masih muda, anda tidak mengetahui bahwa Buddha Sakyamuni merupakan Filsuf yang paling mulia di dunia ini, Filosofi sutra Buddha merupakan filosofi tertinggi di dunia, belajar Ajaran Buddha merupakan kenikmatan hidup tertinggi”.

Alhasil saya menyadari salah pahamku selama ini terhadap Ajaran Buddha.

Dalam proses belajar, suatu kali saya mengemukakan tentang masalah terjemahan, apakah seorang penerjemah dapat menerjemahkan rasa orisinal dari naskah asli?

Tentu saja tidak bisa, 10 orang yang menerjemahkan selembar naskah asli yang sama, bisa keluar 10 versi yang berbeda, tidak ada seorang pun yang bisa menerjemahkan keluar rasa orisinalnya.

Saya bilang ke Guru Fang, demikian pula dengan hasil terjemahan sutra Buddha, apakah mereka dapat menerjemahkan rasa orisinalnya?

Bersamaan itu pula kecurigaanku semakin menggila, zaman dulu, setelah sutra asli yang berbahasa Sanskrit selesai diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin, lantas naskah asli tersebut dikemanakan? Bahkan sekarang satu judul pun tidak dapat ditemukan lagi.

Guru Fang memberitahukan padaku :
1.    Insan yang menerjemahkan sutra bukanlah orang biasa, namun mereka telah mencapai pencerahan, yang telah mencapai tingkatan kesucian, dimana pengetahuan dan pandangannya hampir serupa dengan pengetahuan dan pandangan Buddha dan Bodhisattva.

Sedangkan orang zaman sekarang dalam menerjemahkan, anda tidak mampu menyelami suasana hati penulis aslinya, kondisi batin pun berbeda, makanya anda tidak mampu menerjemahkan-nya keluar, anda hanya mampu menerjemahkan tulisannya, namun anda takkan berdaya menerjemahkan semangatnya.

Hal ini sungguh beralasan, para penerjemah sutra tersebut, banyak yang merupakan jelmaan Buddha dan Bodhisattva, orang Tionghoa sungguh berberkah.

2.    Guru Fang bilang, mentalitas orang Tiongkok zaman dulu sungguh berbeda dengan orang masa kini. Orang Tiongkok zaman dulu merupakan orang yang paling percaya diri di seluruh dunia.

Mereka begitu percaya diri sampai-sampai naskah asli tidak dibutuhkan lagi. Setelah sutra asli yang berbahasa Sanskrit selesai diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin, bukan saja dapat mempertahankan makna aslinya, bahkan keindahan bahasanya melampaui naskah aslinya; dengan perkataan lain, pakai sutra Bahasa Mandarin sudah boleh, naskah aslinya tidak dibutuhkan lagi. Sungguh tinggi semangatnya!

Manalah seperti orang Tionghoa zaman now, tidak punya kepercayaan diri sama sekali. Ucapan Guru Fang sungguh beralasan.

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 22 Desember 2010


我對於經典翻譯,早年有懷疑。老師那時候把佛教介紹給我,因為我們年輕,在學校讀書,受老師的教導,認為宗教都是迷信。特別是佛教,把佛教看作多神教,多神教在宗教裡屬於低級宗教,所以從來沒有意願去接觸它。我跟老師學哲學,他給我講了一部《哲學概論》,末後一個單元是「佛經哲學」。我就很訝異,佛是宗教,是迷信,怎麼會有哲學?老師告訴我:你年輕,你不知道,釋迦牟尼是世界上最偉大的哲學家,佛經哲學是全世界哲學的最高峰,學佛是人生最高的享受。這才把我對以前那種誤會、錯誤糾正過來。在學習過程當中,有一次我提到翻譯的問題,我舉了一個例子,古文翻譯成白話文,能不能把原味翻出來?翻不出來,十個人翻十個樣子,沒有一個人能把原味翻出來。我說那佛經肯定也是這個例子,中文翻譯這個能保持原始原味嗎?同時我又覺得一個非常奇怪的事情,當年梵文經典傳到中國那麼多,那麼大的分量,為什麼翻譯成中文之外,梵文原文東西就沒有了,在中國失傳了,一部也找不到,這什麼原因?

老師告訴我,第一個問題告訴我,中國人有福報,祖宗有德,這是在全世界找不到第二家的。我們相信,中國有五千年的歷史,從歷史記載裡頭,這中國老祖宗那個德行跟佛菩薩沒有兩樣。你看他講的五倫五常、四維八德,還得了!萬古常新,永恆不變。所以第一個問題是祖宗有德,翻經的人不是普通人,都是開悟的人,都是證果的人,他們的知見跟佛菩薩的知見幾乎非常相應、非常接近。現在人翻,你翻人家一篇古文,你跟他的心情不一樣,跟他的境界不一樣,所以你翻不出來,你只是翻些文字,你翻不出他的精神。這說得有道理。甚至於說,翻經的這些法師裡頭,有很多是佛菩薩再來的,這是中國人特別有福報。第二個問題答覆就更妙了,老師對著我笑,他說從前的中國人跟現在不一樣,以前的中國人,那是全世界最自豪的。自豪到什麼程度?梵文翻成華文,不但原來的意思一點沒錯,而且我們的文章比梵文還要華美;換句話說,用華文就可以了,不必再用梵文。這種氣概!哪裡像現在的中國人,一點信心都沒有了。我想想老師的話有道理。

文摘恭錄 淨土大經解演義  (第二二九集)  2010/12/22